Bayangkanlah seorang konseli, jemaat, atau teman rohani yang datang kepada Anda dengan kisah seperti berikut ini:
"Saya sedang bergumul. Saya sudah menikah sebanyak 5
kali. Sekarang, saya selingkuh dengan seorang laki-laki. Saya merasa
seakan-akan saya harus memiliki seorang laki-laki [dalam hidup saya].
Saya putus asa dan merasa hampa tanpa seorang laki-laki dalam hidup
saya."
Jika kita melayani pada tahun 1980-an dan terpengaruh
oleh suasana konseling masa itu, kita mungkin akan mendiagnosis bahwa
wanita ini menghadapi "masalah ketergantungan". Ketika kita melayani di
lingkungan konseling saat ini, kita mungkin akan menentukan bahwa dia
mengalami "masalah kecanduan".
Penyimpangan Pemujaan
Yesus memastikan bahwa wanita tersebut mengalami
masalah pemujaan. Wanita itu, tentu saja, adalah "wanita Samaria" yang
dikisahkan dalam Yohanes 4.
Banyak orang tidak dapat melihat hubungan antara
Yohanes 2:23-25, Yohanes 3, dan Yohanes 4. Bagian akhir dari Yohanes 2
seharusnya tampak seperti lampu petunjuk yang berkedip-kedip. "Tetapi
Yesus sendiri tidak percaya mereka, sebab Ia mengenal semua orang. Tidak
perlu orang memberi keterangan kepada-Nya tentang siapa pun, sebab Ia
sendiri tahu apa yang ada di dalam hati manusia." (Yohanes 2:24-25, BIS)
Yesus mengenal kita secara lahiriah dan batiniah. Dia
adalah Dokter Jiwa yang ilahi. Dia adalah Pencipta dan Perancang jiwa
kita. Untuk menggambarkan kenyataan ini, Yohanes menunjukkan kedalaman
pemahaman Yesus yang sempurna akan sifat manusia, dengan membandingkan
dan mengontraskan dua orang yang berbeda.
Contoh A: seorang laki-laki, orang Farisi, pemimpin agama, orang benar, Nikodemus seorang Yahudi.
Contoh B: seorang wanita, tidak beragama, bukan orang benar, perempuan Samaria.
Yesus mengetahui segala hal tentang kita. Sebagai
Pencipta kita, Dia tahu bahwa masalah kita yang paling mendasar adalah
masalah pemujaan. Itulah sebabnya, dengan perempuan Samaria, Dia tidak
memfokuskan diri-Nya pada "masalah ketergantungan" atau pada "masalah
kecanduan seksual" perempuan itu, tetapi pada kehausan rohaninya.
"Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan
siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau
telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."
(Yohanes 4:10) Karena tidak memahami maksud-Nya, perempuan Samaria itu
berfokus pada air secara harfiah. Oleh sebab itu, Yesus kembali
membawanya melihat jiwanya yang bersyukur. "Barangsiapa minum air ini,
ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan
kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang
akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang
terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (Yohanes
4:13-14)
Kolam Penampungan dan Mata Air
Meskipun perempuan Samaria itu tidak menyadari hal
ini, perkataan Yesus mengingatkan kembali pada Yeremia 2:13, "...;
mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam
bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan
air."
Kita adalah makhluk yang memiliki rasa rindu. Kita
adalah makhluk rohani. Kita adalah makhluk pemuja. Kita adalah makhluk
yang bisa merasakan kehausan. Rasa haus adalah ide Allah. Allah
menciptakan kita untuk memiliki hubungan dengan Dia -- untuk berjalan
bersama Dia pada suatu hari yang sejuk.
Allah menciptakan kita untuk merindukan Dia. "Seperti
rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan
Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup.
Bilakah aku boleh datang melihat Allah?" (Mazmur 42:1-2)
Rasa rindu dan rasa haus, di dalam pengertiannya
sendiri, bukanlah dosa -- karena itu adalah pemberian Allah. Seperti
yang Yeremia ingatkan pada kita, ini adalah petunjuk relasi yang kita
kejar, yang mengindikasikan apakah kita bisa menangani kerinduan kita
dengan cara yang benar atau tidak.
Bagian akhir dari Yeremia 2, seperti Yohanes 4 dan
Yakobus 4:1-4, menyebutkan pesan yang jelas dan konsisten: Kita bisa
menelusuri akar dari perzinahan fisik dan dosa seksual, hal itu selalu
kembali kepada perzinahan rohani dan dosa relasi yang melawan Allah.
Dosa di dalam relasi kita seorang dengan yang lain, selalu disebabkan
oleh dosa di dalam hati kita -- dosa dalam relasi kita dengan Allah.
Dari Rasa Haus atas Kolam Penampungan kepada Kerinduan atas Sumber Mata Air yang Hidup
Ketika Yesus berkata kepada perempuan Samaria
tersebut, "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." (Yohanes
4:16), Ia beralih dari membahas tentang rasa haus kepada pembahasan
tentang kolam itu sendiri; dari perasaan rindu yang diciptakan Allah
kepada pilihan-pilihan yang tidak benar untuk memuaskan rasa rindu itu.
Banyak konselor Kristen/alkitabiah zaman ini, yang
tampaknya hanya menekankan salah satu dari kedua faktor ini; rasa haus
atau kolam air, rasa rindu atau pemberhalaan. Akan tetapi, Yesus
menekankan pada keduanya.
Beberapa konselor menghindari penyelesaian dosa dan
hanya berfokus pada rasa rindu. Konselor-konselor lainnya khawatir jika
diskusi apa pun yang membahas tentang kehausan dan kerinduan itu akan
berkembang ke arah "teologi kebutuhan" -- bahwa masalah utama yang
dihadapi ini adalah "kebutuhan yang tidak terpenuhi". Bukan. Masalah
utama kita adalah dosa. Namun demikian, kerinduan utama kita tetap
Kristus. Sayangnya, kerinduan yang diciptakan untuk mendambakan sesuatu
tersebut tercemar karena kejatuhan manusia dalam dosa sehingga kerinduan
itu mencari pemenuhan dari kolam air yang rusak.
Yesus menggunakan rasa rindu yang tercipta itu
sebagai "jalan masuk", yang melaluinya Tuhan menolong perempuan yang
putus asa ini, untuk menemukan air hidup yang benar-benar dinantikannya.
Hasil akhirnya adalah bahwa dia dan orang-orang lainnya datang untuk
mengenal Dia sebagai "Juruselamat dunia" (Yohanes 4:42). Perempuan
Samaria itu memiliki kerinduan (seperti yang diciptakan Allah); dia
melakukan dosa (dalam kejatuhannya); dan dia mengalami penebusan
(sebagai anggota keluarga Allah yang telah ditebus).
Konseling Alkitabiah
Yesus menggunakan rasa haus untuk mengungkapkan kolam
dan untuk mengarahkan orang pada Sumber mata air yang hidup. Apakah
kita juga seperti itu?
Sebagai seorang pendeta, konselor, atau teman rohani,
jika seseorang yang datang kepada kita adalah orang yang telah
terperangkap oleh jerat "dosa seksual", apakah diagnosis kita dan
rencana pemulihan yang akan kita berikan? Apakah kita prihatin melihat
"orang-orang yang terlibat dalam dosa seksual", sebagai makhluk rohani
yang memuja, merindukan, dan kehausan? Apakah kita dengan lemah lembut
dan bijaksana membimbing mereka kepada Mata Air yang Hidup, yang akan
mengampuni dosa-dosa mereka, sekaligus memuaskan rasa haus dalam jiwa
mereka yang diciptakan oleh Allah?
Datanglah dan Minumlah
Jika Anda sedang membaca artikel ini dan Anda sedang
bergumul dengan "dosa seksual", entah itu terkait dengan nafsu dan/atau
kebiasaan heteroseksual atau homoseksual, sadarilah bahwa semua dosa
seksual sebenarnya merupakan gejala dari dosa rohani. Sadarilah bahwa
sesungguhnya semua dosa seksual adalah kolam air yang pecah dan tidak
dapat menampung air.
Pada zaman Yeremia, ada sebuah kolam yang menampung
aliran air yang sebelumnya telah melewati jalanan berlumpur yang
bercampur dengan kotoran unta. Kemudian, air itu menetap dalam bak tanah
liat dan tidak mengalir ke mana pun. Selain membuat airnya tidak layak
diminum, bak air ini sering retak dan membuat orang-orang yang kehausan
semakin mengalami kekeringan. Pilihan Anda yang lain, pada masa Yeremia,
adalah minum dari mata air yang jernih, sejuk, segar, dan
bergelembung... yang mengalir, air yang memuaskan dahaga yang muncul
dari dalam bumi dan yang tidak akan pernah kering.
Dosa seksual berarti lebih memilih meminum air dari
got daripada dari sumber mata air. Dosa seksual adalah keyakinan bahwa
kita dapat memuaskan standar rasa haus Allah dengan standar rasa haus
manusia. Namun, ini adalah keyakinan yang salah dan berdosa. Ini adalah
pemujaan dan harapan yang salah. Usaha untuk memuaskan dahaga rohani
kita akan Kristus dengan melakukan hubungan seksual adalah sia-sia dan
najis.
"Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan
minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab
Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
(Yohanes 7:37-38) Datanglah dan minumlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar