Minggu, 13 Juli 2014

Apa itu kritik redaksi dan kritik tinggi?

Jawaban: Kritik redaksi dan kritik tinggi hanyalah beberapa dari berbagai bentuk kritik Alkitab. Tujuannya adalah untuk menyelidiki Alkitab dan menentukan pengarangnya, sejarah dan tanggal penulisannya. Kebanyakan dari metode ini pada akhirnya berusaha menghancurkan teks Alkitab.

Kritik Alkitab dapat dibagi dalam dua bentuk utama: kritik tinggi dan kritik rendah. Kritik rendah adalah upaya untuk menemukan pengalimatan asli dari teks karena kita tidak lagi memiliki tulisan aslinya. Kritik tinggi berurusan dengan keaslian teks itu. Pertanyaan yang ditanyakan antara lain: Kapan itu ditulis? Siapa yang merupakan penulis teks ini?

Banyak pengeritik dalam kubu ini tidak percaya pada inspirasi Alkitab dan karena itu menggunakan pertanyaan-pertanyaan ini untuk mengabaikan karya Roh Kudus dalam hidup para penulis Kitab Suci kita. Mereka percaya bahwa Perjanjian Lama kita tidak lebih dari sekedar kumpulan tradisi-tradisi lisan dan tidak betul-betul ditulis sampai sesudah pembuangan Israel ke Babilon pada 586 SM.

Tentu saja kita dapat melihat dalam Alkitab bahwa Musa menulis Taurat dan kelima kitab pertama Perjanjian Lama (disebut Pentateukh). Kalau kitab-kitab ini bukan benar-benar ditulis oleh Musa, dan baru ditulis betahun-tahun kemudian setelah berdirinya negara Israel, kritik-kritik ini dapat mengklaim apa yang ditulis tidak akurat, dan karena itu menolak otoritas Firman Allah. Namun ini tidaklah benar. (Untuk pembahasan mengenai bukti-bukti mengenai Musa sebagai penulis Pentateukh, silakan baca artikel mengenai teori documentary hypothesis/hipotesis dokumenter dan JEDP.) Kritik redaksi adalah gagasan bahwa para penulis Injil tidak lebih dari sekedar pengumpul akhir dari tradisi-tradisi lisan dan bukan penulis langsung yang sebenarnya dari Injil itu sendiri. Seorang pengeritik yang memegang pandangan kritik redaksi mengatakan bahwa tujuan kajian mereka adalah untuk menemukan “motivasi teologis” di balik pilihan dan rangkuman tradisi atau tulisan lainnya oleh si penulis.

Pada dasarnya apa yang kita amati dari semua bentuk kritik Alkitab adalah upaya dari beberapa kritik untuk memisahkan karya Roh Kudus dalam menghasilkan catatan tertulis Firman Allah yang akurat dan dapat diandalkan. Para penulis Kitab suci menjelaskan bagaimana asal mula Kitab Suci. “Semua tulisan yang diilhamkan Allah" (2 Timotius 3:16). Allah adalah Yang memberi manusia firman yang Dia ingin untuk dicatat. Rasul Petrus menulis, “Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri” (2 Ptr 1:20, 21). Di sini Petrus mengatakan bahwa tulisan-tulisan ini bukan merupakan khayalan manusia, sesuatu yang dihasilkan hanya karena orang ingin menulis sesuatu. Petrus melanjutkan, “Tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” (2Ptr 1:21). Roh Kudus memberitahu mereka apa yang Dia ingin mereka tulis. Tidak ada perlunya mengeritik keotentikan Kitab Suci ketika kita bisa mengetahui bahwa di belakang layar Allah mengarahkan dan menuntun manusia untuk mencatat apa yang perlu.

Satu lagi ayat yang menarik yang berhubungan dengan ketepatan Kitab Suci. “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan AKAN MENGINGATKAN KAMU AKAN SEMUA YANG TELAH KUKATAKAN KEPADAMU” (Yoh 14:26 TB). Di sini Yesus memberitahu murid-murid-Nya bahwa tidak lama lagi Dia akan meninggalkan mereka, namun Roh Kudus akan menolong mereka mengingat apa yang Dia ajarkan di bumi supaya nanti mereka dapat mencatatnya. Allah berada di balik penulisan dan pemeliharaan Kitab Suci.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar